Joni adalah seorang remaja yang masih duduk di bangku SMA. Awalnya Joni senang bisa masuk di salah satu sekolah favoritnya. Hari demi hari dia lalui dengan senang hati. Joni pun memliki banyak teman. Pada suatu pagi di dalam kelas
“Jon,kira-kira pas kita naek kelas 2 nanti kita masuk jurusan apa yah?”, tanya Budi.
Joni pun berkata,”Ya mudahan ajalah kita-kita masuk IPA yang kata orang sih kumpulan anak-anak pintar,tapi masalahnya kita bego Bud.”
Budi pun berkata,”Kita ? aku mah nggak niat Jon masuk IPA, pengennya sich aku mau masuk bahasa jon.”
Percakapan mereka pun terhenti karena bel masuk telah berbunyi. Pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris. Karena masih kelas satu, teman-teman di kelasnya mendengar kabar bahwa guru yang akan masuk cukup galak. Joni mencoba menghibur temannya.
“Udah deh itukan cuman kata mereka aja, jangan terlalu dipikirin lah. Santai aja frend
Tiba-tiba Budi jawab,”Pintar? Pintar dari Hongkong. Ulangan aja aku dapat
“Wah..santai boz, aku ngak bermaksud untuk menghina mu. Aku hanya menebak-nebak saja,
Tiba-tiba suasana hening karena ada guru yang masuk.
“Good Morning student”, kata guru itu.
“Morning Sir…”, kata semua siswa yang ada di kelas itu.
Ternyata nama guru itu adalah Pak Sudirman. Pak Sudirman adalah seorang guru yang sudah
Setelah pelajaran bahasa inggris selesai, guru pelajaran fisika pun masuk untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Karena pelajaran fisika sulit, ditambah lagi gurunya sangat membosankan, banyak siswa di kelas itu tidak memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru fisika. Luar biasa bukan.
Ketika bel istirahat berbunyi, tampak kembali kecerian di wajah teman-teman Joni.
“Jon, ke kantin yuk bareng Adi, Taufik, dan Faisal, mau nggak?”, tanya Budi
“Ayolah”, kata Joni.
Mereka pun tanpa basa-basi langsung pergi ke kantin. Mungkin karena pelajaran fisika perut mereka sangat lapar. Padahal mereka tidak terlalu memperhatikan. Setibanya di kantin mereka langsung memesan makanan. Namun, Taufik dan Faisal ditugaskan menjaga meja dan dan kursi untuk tempat mereka makan.
Ketika sedang asyik makan tiba-tiba ada pentolan bakso yang melompat ke piring Joni. Joni pun terkejut dengan kedatangan pentolan itu. Setelah itu, ada seorang cewek yang tak laen adalah kakak kelas Joni yang kemudian menghampiri mereka.
“Aduh…maaf ya dhe, diriku tak sengaja mengirimkan pentolan itu ke piring kamu. Sekali lagi maaf ya ?”, kata cewek itu.
“Oh…nggak papa kok kak, kapan-kapan yang dikirim ayam ya jangan pentolan mulu, hehehehe…”, kata Joni.
“Oy kak, kenalin namaku Joni. Nama kakak siapa ? Boleh aku mengetahuinya ?”, kata Joni.
Budi berkata dalam hati,”Dasar si Joni curi-curi kesempatan dia buat kenalan sama kakak kelas yang cantik ini.”
Cewek tadi berkata,”Oh..boleh kok. Nama kakak Mery, sekarang udah Kelas XI IPA 1. Kamu ndiri kelas berapa ?.”
“Aku kelas X-F kak. Weleh-weleh… anak IPA euy, pasti pintar sangat ya?”, kata Joni.
“Hahai..nggak segitunya kali. Cuman kebetulan aja kok bisa masuk IPA. Gini ya, nggak semua yang masuk IPA itu pintar. Jadi, jangan terlalu pengen masuk IPA entar nyesal loh”, kata Mery.
“Nyesal gimana kak?”, kata Joni.
“
Setelah percakapan itu mereka jadi sering bertemu dan berbincang-bincang di depan PERPUS. Budi merasakan sesuatu yang beda sejak dia mengenal Mery. Dia merasa seakan-akan mendapatkan cahaya hidup yang baru. Joni pun mengambil sebuah kertas dan pulpen. Dia mulai membuat sebuah puisi.
Aku Jatuh Cinta
Awalnya ku tak mengerti apa yang sedang kurasakan
Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada
Sejak kau hadir disetiap malam ditidurku
Aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku
Sudah sekian lama ku alami pedi putus cinta
Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa
Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku
Kau berbeda dari yang ku kira
Aku jatuh cinta kepada dirinya
Sungguh-sungguh cintaku apa adanya
Tak pernah ku ragu namun tetap selalu menunggu
Sungguh aku jatuh cinta kepadanya
Coba dengarkan apa yang ingin aku katakan
Yang selama ini sungguh telah lama terpendam
Aku tak percaya membuat tak percaya
Tuk ungkapkan apa yang ku rasa
Setelah menulis puisi tersebut, hatinya pun semakin gelisah. Joni bimbang, apakah dia harus menembak Mery atau kah hanya memendam perasaan itu sambil berkomitmen bahwa mencintai Mery adalah suatu kebahagiaan untuk Joni walau rasa itu tak pernah Joni sampaikan kepada Mery.
Joni mencoba bertanya kepada temannya,” Bud, menurutmu apa yang harus ku lakukan dengan perasaan ku ini? Apakah rasaku ini sama dengan apa yang dia rasakan ya? ”
Budi mencoba menjawab,” Katakan aja sejujurnya kepada Mery apa yang kau rasakan, ketimbang direbut orang laen tambah susah urusannya. Ayolah nggak usah takut. Urusan ditolak belakangan. Semangat coy. Kau tu bukan kayu yang mudah remuk tapi kau adalah baja yang sangat kuat. Ayo semangat.”
Mendengar ucapan sahabatnya, hati Joni seakan-akan terbakar oleh rasa percaya dirinya. Dengan segera dia menemui Mery untuk mengajaknya jalan ke pantai pada sore itu juga. Karena udah dekat tidak ada penolakan oleh Mery.
Ketika sorenya, mereka berdua sudah bersiap-siap untuk pergi ke pantai. Setibanya di pantai, Joni mengajak Mery duduk di sebuah warung.Lalu, Joni mulai membuka pembicaraan.
“Mer, selama ini kita dekat banget ya. Apa kamu nggak merasakan sesuatu?”, kata Joni.
“Rasa apa ya? Mau yang vanilla, coklat, atau apa ni? Hehehehe”, kata Mery bercanda.
“Mer, aku serius ni bukan becanda. Aku merasa pengen jadi orang yang kamu sayang selaen keluaraga kamu. Mau kah kamu jadi pacarku dengan segala kekuranganku?”, tanya Joni.
Mery merasa bingung. Di satu sisi, dia sebenarnya juga sayang sama Joni.Tetapi, dia juga gengsi dengan teman-temannya. Karena dia merasa pacaran dengan cowok yang lebih muda. Ternyata hati kecil Mery berhasil memenangkan perdebatan yang ada di dalam batin Mery.
“Jon, kamu benar sayang ma aku?”, tanya Mery.
“Iya mer. Kapan sih aku bohong dengan kamu”, kata Joni.
“Sebenarnya aku juga sayang ma kamu jon. Mulai detik ini aku putuskan kita jadian ya”, kata Mery.
Betapa senangnya hati Joni pada saat itu. Namun sebenarnya, Joni belum tahu bahwa di dalam keluarga Mery ada suatu masalah besar. Bapak Mery memiliki utang yang sangat besar kepada seorang pengusaha. Karena merasa tidak sanggup untuk melunasi utang itu, bapak Mery bingung harus bagaimana.
Awalnya dia ingin menggadaikan rumahnya, namun karena bunga utang tersebut cukup besar sehingga tetap saja tidak cukup. Ternyata diam-diam, pengusaha itu naksir kepada Mery. Dia sangat ingin menikahi Mery. Awalnya bapak Mery bimbang, namun karena utang yang sudah semakin menumpuk mau tidak mau, suka tidak suka, bapak Mery harus merelakan anaknya tersebut.
Pada suatu sore, Joni berbelanja di sebuah Supermarket. Setiap belanjaan di atas Rp 50.000,00 akan mendapatkan satu kupon undian. Joni dipinjamkan pulpen oleh karyawan di
Semakin lama, hutang keluarga Mery semakin membengkak. Awalnya hanya Seratus juta, sekarang mencapai
Tibalah saatnya pengumuman tersebut. Joni pun merasa gugup karena dia telah bertaruh untuk mengambil kembali pacarnya yang telah direbut paksa oleh pengusaha itu. Namun, apa yang terjadi? Ternyata pemenangnya bukan Joni dari Tarakan melainkan dari
Joni berdoa,” Ya Allah, jika memang Mery jodohku berikanlah aku keajaiban untuk menolongnya. Namun, jika dia memang bukan jodohku, jangan pernah Engkau ingatkan aku lagi pada dirinya.”
Tibalah pada saat pernikahan. Satu jam sebelum pernikahan, Joni sudah merasa tidak berguna lagi. Namun, keajaiban datang. Pihak Supermarket menghubungi Joni bahwa mereka salah melihat alamat rumah pemenang undian tersebut. Setelah dilihat baik-baik, ternyata yang menang adalah Joni yang ada di Tarakan. Betapa senang dan bahagianya Joni pada saat itu. Namun, waktu tinggal tiga puluh menit sebelum pernikahan berlangsung.
Joni langsung bergegas menuju ke Supermarket untuk mengambil bukti bahwa dialah pemenangnya. Namun, cobaan tidak berhenti sampai disitu. Tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Tampak di wajah Joni sedang kebingungan. Lalu tiba-tiba, handphone Joni berbunyi. Ternyata yang menelpon Joni adalah Jonita yang tak laen merupakan sahabat Mery.
“Hallo..Ni Joni kah?”, tanya Jonita.
“Iya..benar baget, emank siapa lagi seh selaen Joni. Kenapa nit ?”, tanya Joni.
“
“Hahahaha..tahu aja seh……”, kata Joni..
Pernikahan itupun ditunda. Pada hari itu juga, Joni langsung menyelesaikan masalah administrasi kupon yang telah dia menangkan. Setelah dipotong pajak, akhirnya dia mendapatkan uang tunai yang kebetulan ia menangkan.
Keesokkan harinya, pernikahan yang sempat tertunda, akhirnya dilaksanakanan setelah mempelai pria datang bersama dengan keluarganya. Mempelai pria langsung duduk di tempat yang telah disediakan. Mery tampak menangis pada saat itu.
Ketika ijab
Acara pernikahan yang telah disiapkan pun akan mubazir jika tidak ada acara laen. Tiba-tiba satpam yang menjaga rumah Mery datang.
“Maaf den Joni, kalau boleh saya usul bagaimana kalau acara ini menjadi acara khitanan anak tetangga sebelah, kebetulan anak itu baru saja disunat?”, kata pak satpam itu.
“Oh..boleh saja. Tolong bapak panggilkan ya anak itu kemari ”, kata Joni.
Akhirnya, acara yang awalnya untuk pernikahan Mery menjadi acara khitanan anak yang bernama Asmad. Awalnya tamu undangan kaget, namun setelah mendapatkan penjelasan dari tuan rumah, mereka mengerti juga, bahkan ada yang tertawa kecil.
Sejak kejadian itu, hubungan Joni dan Mery pun kembali seperti dulu yang penuh kebahagiaan. Sampai akhirnya mereka selesai kuliah, mereka langsung menikah dan dikaruniai dua orang anak,masing-masing putra dan putri.